Rabu, 08 Oktober 2008

Sekejap di waktu terlelap

Assalaamu'alaikum warahmatullaah,

“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang bersyukur”[34:17]

Diantara shalat yang mempunyai kedudukan yang utama setelah shalat
fardhu adalah shalat malam. Rasulullaah saw telah bersabda,”shalat
yang paling utama sesudah fardhu,(adalah) shalat lail”[HR.Muslim].
Shalat tersebut biasanya dikenal dengan nama Qiyamullail atau
shalat tahajjud. Dinamakan Qiyamullail, Qiyam berasal dari kata
kerja qaama (berdiri), karena pada asalnya shalat itu harus
dikerjakan dengan berdiri. Dinamakan shalat tahajjud karena shalat
tersebut biasa dikerjakan sesudah tidur pada malam hari. Tahajjud
asalnya dari kata kerja tahajjada, artinya bangun tidur. Di dalam
Al-Qur’an, shalat tersebut diproklamirkan sebagai shalat tambahan
(nafilah), “Dan pada sebagian malam hendaklah engkau bertahajjud,
sebagai tambahan bagimu…”[17:79].

Qiyamullail merupakan suatu ibadah yang biasa dilakukan oleh
orang-orang shalih terdahulu,”Hendaklah kamu sekalian mengerjakan
qiyamullail, sebab ia kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu
dan merupakan ibadah (taqarrub) kepada Tuhan kamu…”[HR. Ibnu
Khuzaimah]. Selain itu, Qiyamullail juga merupakan identitas
“’ibaadurrahmaan”, kelompok hamba Allaah yang penyayang,”..Dan
mereka itu apabila malam hari bersujud dan berdiri (shalat)
karena(ikhlas) kepada Tuhan mereka”[25:64].

Qiyamullail merupakan suatu ibadah yang memiliki beberapa keutaman
dan faedah bagi siapa saja yang melakukannya. Bangun di malam hari
untuk beribadah kepada Allaah akan memberikan bekas kepada jiwa.
Waktu itu sunyi dari keramaian dunia, senyap dari kesibukan urusan
serta sepi dari hiruk pikuk rutinitas keseharian, maka akan
timbullah ketentraman dan kekhusyuan yang mengantarkan kepada
keteguhan dan kekuatan jiwa serta kepribadian. Bila antara indera
lahiriyah telah seimbang denga indera bathiniyah (hati), maka akan
timbullah jalinan sikap yang tak mudah goyah, kokoh kuat tak mudah
tumbang. ”Sesungguhnya bangun pada malam hari (shalat) sangat
meneguhkan pendirian (jiwa) dan lebih meluruskan bacaan
(berkesan)”[73:6].

Secara umum shalat mencegah manusia dari berbuat kejahatan dan
kemungkaran[29:45]. Demikian pula faedah dari Qiyamullail adalah
pencegah dan penghapus dosa,” Hendaklah kamu sekalian mengerjakan
qiyamullail, sebab ia kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu
dan merupakan ibadah (taqarrub) kepada Tuhan kamu,juga penghapus
bagi perbuatan jahat dan pencegah dari perbuatan yang menyebabkan
dosa”[HR. Ibnu Khuzaimah].

Meraup kenikmatan merupakan keinginan setiap manusia. Lebih-lebih
kenikmatan abadi yang dijanjikan Allaah bagi hambanya yang
bertaqwa. Qiyamullail merupakan salah satu ibadah yang menyebabkan
seseorang masuk surga dengan aman sentosa, “Wahai manusia!
Sebarkanlah salam, berilah makan (orang yang lapar), sambunglah
tali kasih sayang antar keluarga dan dirikanlah shalat pada waktu
malam ketika manusia sedang tidur, kamu akan masuk surga dengan
aman sentosa”[HR. Tirmidzi}.

“Dan pada sebagian malam hendaklah kamu bertahajjud, sebagai
shalat tambahan bagimu, niscaya Tuhan-mu akan membangkitkan kamu
pada kedudukan (martabat) yang terpuji”[17:79]. Meskipun ayat ini
khitabnya kepada Rasulullaah saw, akan tetapi bukanlah termasuk
ibadah khushushiyah kepada beliau. Karena itulah Rasulullaah
menganjurkan umatnya untuk mengerjakan Qiyamullail. Bangun tengah
malam disaat sebagian manusia terlelap tidur merupakan hal yang
berat. Kemauan dan kebulatan tekad untuk melaksanakannya inilah
yang dinilai Allaah dengan menempatkan mereka yang melakukan
Qiyamullail ditempat yang terpuji di akhirat.

Al-Mughirah bin Syu’bah berkata,”Rasulullaah saw berdiri (shalat
pada waktu malam) sehingga kaki beliau bengkak. Maka beliau
ditanya; Bukankah Allaah telah mengampunimu dosa yang telah lalu
dan yang akan datang? Beliau menjawab: Apakah tidak sepatutnya aku
menjadi seorang hamba yang bersyukur?”[HR. Bukhari-Muslim]. Bila
kita mencintai Rasulullaah saw, maka sepatutnya kita mengikuti
jejak langkahnya. Qiyamullail adalah jejak langkah Beliau sebagai
ungkapan syukurnya kepada Al-Khaliq. Akankah kita mengikuti jejak
langkah Beliau? Ringankah kita melakukannya?

“...Bangun sekejap di waktu terlelap (untuk Qiyamullail), tapi
sedikit orang melakukannya…”. Mudah-mudahan kita termasuk kepada
kelompok sedikit ini. Wallaahu a'lam.


Wassalaamu'alaikum,
I Do Y