Rabu, 08 Oktober 2008

Tabayyun

Assalaamu'alaikum,

Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu
hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti
dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik
dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar
permasalahannya.

Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam
menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan.
Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti keshahihannnya antara lain
karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam
kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah faham
atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia
melakukan tabayyun dengan baik. Oleh karena itu, pantaslah Allaah swt
memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam
menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di
kemudian hari," Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
(tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatan itu".

Bahaya meninggalkan tabayyun

1. Menuduh orang baik dan bersih dengan dusta.
Seperti kasus yang menimpa istri Rasulullaah saw yaitu Aisyah ra. Ia
telah dituduh dengan tuduhan palsu oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul,
gembong munafiqin Madinah. Isi tuduhan itu adalah bahwa Aisyah ra telah
berbuat selingkuh dengan seorang lelaki bernama Shofwan bin Muathal.
Padahal bagaimana mungkin Aisyah ra akan melakukan perbuatan itu
setelah Allaah swt memuliakannya dengan Islam dan menjadikannya sebagai
istri Rasulullaah saw. Namun karena gencarnya Abdullaah bin Ubai bin
Salul menyebarkan kebohongan itu sehingga ada beberapa orang penduduk
Madinah yang tanpa tabayyun, koreksi dan teliti ikut menyebarkannya
hingga hampir semua penduduk Madinah terpengaruh dan hampir mempercayai
berita tersebut. Tuduhan ini membuat Aisyah ra goncang dan stress,
bahkan dirasakan pula oleh Rasulullaah saw dan mertuanya. Akhirnya
Allaah swt menurunkan ayat yang isinya mensucikan dan membebaskan
Aisyah ra dari tuduhan keji ini[baca QS Annuur 11-12].

2. Timbul kecemasan dan penyesalan.
Diantara shahabat yang terpengaruh oleh berita dusta yang disebarkan
oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul itu adalah antara lain Misthah bin
Atsasah dan Hasan bin Tsabit. Mereka itu mengalami kecemasan dan
penyesalan yang dalam setelah wahyu turun dari langit yang menerangkan
duduk masalahnya. Mereka merasakan seakan-akan baru memsuki Islam
sebelum hari itu, bahkan kecemasan dan penyesalan tersebut tetap mereka
rasakan selamanya hingga mereka menemui Rabbnya[QS AlHujurat 6].

3. Terjadinya keslahfahaman bahkan pertumpahan darah.
Usamah bin Zaid ra bertutur: Rasulullaah saw telah mengutus kami untuk
suatu pertempuran, maka kami tiba di tempat yang dituju pada pagi hari.
Kami pun meyerbu musuh. Pada saat itu saya dan seorang dari kaum Anshar
mengejar salah seorang musuh. Setelah kami mengepungnya, musuh pun tak
bisa melarikan diri. Di saat itulah dia mengucapkan Laa Ilaaha
Illallaah. Temanku dari Anshar mampu menahan diri, sedangkan saya
langsung menghujamkan tombak hingga dia tewas. Setelah saya tiba di
Madinah, kabar itu sampai kepada Rasulullaah saw. Beliau bersabda:" Hai
Usamah, mengapa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha
Illallaah?Saya jawab:" Dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi
diri". Namun Rasulullaah saw terus mengulang-ulang pertanyaan itu,
hingga saya merasa belum pernah masuk Islam sebelumnya{HR.
Bukhari].(Dalam riwayat Muslim, Nabi saw bertanya kepada Usamah dengan
"Apakah kamu telah membedah hatinya?").

Hadits ini memberi pemahaman bahwa Nabi saw marah kepada Usamah bin
Zaid ra karena ia telah membunuh musuhnya yang telah mengucapkan Laa
Ilaaha Illallaah, hingga Nabi saw bertanya "Apakah engkau telah teliti
dengan jelas (tabayyun) sampai ke lubuk hatinya bahwa ia mengucapkan
Laa Ilaaha Illallaah itu karena ia takut senjata dan ingin melindungi
diri....dst?".

Penyebab tiada tabayyun

1. Pada masa kanak-kanak.
Sesorang yang hidup di bawah asuhan orang tua yang tidak memiliki sikap
tabayyun, maka sikap tersebut kelak akan meresap ke dalam jiwa anaknya
hingga akhirnya anak itupun menjadi potret dari kedua orang tuanya
yaitu tidak memiliki sikap tabayyun.

2. Tertipu oleh kefasihan kata.
Adakalanya telinga seseorang itu jika mendengarkan kata-kata manis dan
menarik lantas menjadi tertipu, padahal itu hanyalah rayuan dan
bunga-bunga perkataan, sehingga ia lalai dan tidak tabayyun. Karena
itulah Nabi saw bersabda tatkala merasakan gejala ini, "Sesungguhnya
kalian mengajukan perkara kepadaku, dan barangkali sebagian dari kamu
lebih pintar berbicara dengan alasan-alasannya daripada yang lain, maka
barangsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena
kepintarannya bermain kata-kata, maka berarti aku telah mengambilkan
untuknya sepotong bara api neraka, maka janganlah ia mengambilnya"[HR.
Bukhari].

3. Lalai terhadap dampak buruknya.
Seseorang tidak menyadari bahaya buruk meninggalkan tabayyun. Padahal
akibatnya akan mencemarkan nama baik orang, penyesalan diri dll.

Terapi terhadap sikap tiada tabayyun

1. Senatiasa meningkatkan ketaqwaan, karena salahsatu di antara
keutamaan taqwa adalah Allaah akan memberikan 'Furqan' kepadanya, yaitu
kemampuan membedakan yang haq dari yang batil, yang benar dari yang
bohong[QS AlAnfal 29].

2. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki sikap tabayyun. Hal ini
akan banyak memberi manfaat baginya kepada sikap kritis, penuh
pemikiran dan pertimbangan hingga ia selamat dari ketergelinciran dan
salah langkah dalam mengambil langkah dan tindakan.

3.Membaca, memahami,merenungi dan mengamalkan ayat-ayat yang membahas
tabayyun (misalnya AlHujurat 6, Annisaa 94).

4. Membiasakan diri untuk selalu berprasangka baik terhadap muslim
lainnya (QS. Annuur 12).

" Ya Allaah, lapangkanlah dada kami, tenangkanlah jiwa dan fikiran
kami, karuniakanlah sifat tabayyun pada diri kami, sehingga kami dapat
menyikapi semua berita yang sampai kepada kami dengan benar sesuai
kehendak-Mu".


Semoga bermanfaat.
Sumber:AlMuslimun n0.409.

Wassalaamu'alaikum,
I Do Y
K'lautern, Nov 2004