Rabu, 08 Oktober 2008

Dari penggalan kisah Ayyub as

Assalaamu'alaykum,

Adakah diantara pembaca yang belum pernah merasakan sakit? Penulis
yakin bahwa pembaca pernah merasakannya, setidaknya pernah merasakan
sakit karena terantuk batu sewaktu berjalan.

Sehat dan sakit adalah dua pasangan yang senantiasa menghiasi episode
kehidupan manusia. Tatkala kita sehat maka tak jarang kita melupakan
nikmatnya, bahkan terkadang tak pernah terpikir bahwa kita akan bertemu
dengan ‘si sakit’. Sedangkan ketika kita sakit, maka kita senantiasa
merindukan tibanya ‘si sehat’.

Menurut kisah yang tercatat, Ayyub as adalah seorang yang mempunyai
banyak kekayaan dengan aneka ragam wujudnya, baik binatang ternak
maupun tanah pertanian. Di samping itu, ia mempunyai anak dan anggota
keluarga yang sangat banyak. Lalu semua kekayaan yang dimilikinya itu
diambil darinya, fisiknya diuji dengan berbagai macam penyakit,
sehingga tidak ada satupun anggota tubuhnya yang sehat kecuali lidah
dan hatinya yang senantiasa berdzikir kepada Ilahi. Dengan
penderitaannya itu, dirinya tetap sabar dan tabah serta tetap berdzikir
kepadaNYA pada siang dan malam, pagi dan sore hari.

Penyakit yang dideritanya itu berlangsung cukup lama hingga ia
dikucilkan dan diusir dari kampungnya.Tidak ada seorangpun yang menaruh
belas kasihan kepadanya kecuali istrinya saja, dimana ia selalu
memberikan perhatian yang dalam, dan ia tidak melupakan dan tetap
menghargai kebaikan dan kasih sayang Ayyub as di masa-masa yang
dibutuhkannya.

Suatu ketika keadaan istrinya semakin lemah dan kekayaannya pun semakin
menipis hingga ia berencana bekerja pada orang lain untuk dapat memberi
makan suaminya dan mengobatinya. Namun tidak ada orang yang mau
menerimanya bekerja, karena mereka mengetahui bahwa ia adalah isteri
Ayyub as sehingga mereka khawatir akan tertular. Ketika ia tidak
mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya bekerja, maka ia pun
menjual kepangan demi kepangan rambutnya kepada beberapa puteri
orang-orang terhormat dan ditukar dengan makanan yang enak lagi banyak.
Setelah ia membawanya kepada Ayyub as, kemudian Ayyub as menanyakan
asal makanan tersebut dan bersumpah untuk tidak memakannya sebelum
istrinya menjawab pertanyaannya. Kemudian isterinya membuka penutup
kepalanya, dan ketika melihat kepala isterinya tidak berambut, Ayyub as
berucap,”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara semua penyanyang”.

Allaah Azza wa Jalla adalah Maha Pemurah akan rahmatNya. Kesabaran dan
ketabahan Ayyub as akhirnya membuahkan hasil. Kemudian Allaah swt
memperkenankan seruannya dan melenyapkan penyakit darinya, serta
mengembalikan keluarganya dan melipatkan bilangannya [AlAnbiya 84].

Kisah Ayyub as adalah sebuah cermin bagi kehidupan insan di alam ini.
Seseorang akan diuji sesuai dengan kemampuannya dan tingkat
keteguhannya berpegang kepada agamanya. Ujian dan cobaan yang
dipikulnya, tidaklah mengantarkan kepada keputusasaan melainkan
menambah kesabaran, ketabahan, dan syukur kepada Sang Maha Penguji.

Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah, tidak ada daya dan
upaya kecuali atas pertolonganNYA. Jadikanlah sakit yang kita derita
menjadi lahan untuk meraih rahmatNYA.
---

‘tuk yang sedang terbaring, penulis haturkan do’a: “Allaahumma
rabbannaasi, mudzhibalba’si, asyfi anta syaafiy, Allaahumma la syafiya
illaa anta syifaa-an, laa yughaadiru saqaman (Ya Allaah, tuhan semua
manusia, jauhkanlah penyakit itu dan smbuhkanlah dirinya, Engkaulah
yang meyembuhkan, Ya Allaah tak ada obat selain obatMU, obat yang tidak
meninggalkan sakit lagi)”.


Wassalaamu'alaikum,
I Do Y
Eindhoven 2003