Rabu, 08 Oktober 2008

Karena kita memang lemah

Assalaamu'alaikum,

Kesuksesan senantiasa dinantikan. Namun terkadang perjalanannya
diselingi oleh kegagalan. Karena memang Sang Maha Kuasa menciptakannya
berpasangan.

Pernahkah kita memperhatikan seorang bayi yang baru dilahirkan? Ketika
matanya masih tertutup, darah masih melumuri tubuhnya, maka hanya
tangisan yang bisa dilakukannya. Jangankan untuk membalikkan badannya,
untuk bergeserpun dirinya masih memerlukan bantuan orang lain.

Menurut AlQur’an, manusia diciptakan dari sesuatu yang tidak layak
untuk disebutkan, ‘lam yakun syaian madzkuuran’[AlInsan 1]. Adam as
telah diciptakan dari tanah. Sebelum ditiupkan ruh kepadanya, maka
tanah hanyalah tanah, barang yang tidak ada nilainya sama sekali.
Kemudian Allaah menciptakan pasangannya dari bagian tubuh Adam as. Dari
pasangan tersebut, kemudian Allaah swt menciptakan keturunannya dari
barang yang tidak berharga pula, yaitu air mani. Melalui percampuran
milik keduanya, maka terlahirlah Qabil, Iklima, Habil, Labuda dan
manusia berikutnya.

Manusia telah diciptakan dari sesuatu yang lemah [tidak berharga].
Karena kuasaNya, manusia tumbuh dan berkembang menjadi makhluq yang
memiliki daya. Dikaruniakannya bekal hidup berupa pendengaran,
penglihatan dan akal. Ditunjukkannya dua jalan hidup yang menjadi
pilihannya, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan. Diberikannya
pilihan untuk bersyukur atau kufur. Disampaikannya balasan pahala atau
siksa atas jalan pilihannya.

Di penghujung hidupnya kelak, manusia kembali akan mengalami kelemahan.
Daya pendengarannya menjadi berkurang, daya penglihatannya berangsur
buram, dan daya ingatnya berganti dengan pikun. Demikianlah manusia,
diawali dari sesuatu yang lemah dan berakhir pula dengan kelemahan.

Ketika seorang insan menyadari bahwa dirinya adalah makhluq yang lemah,
maka dia akan senatiasa berserah diri kepada ketentuan Ilahi. Apakah
kesuksesan ataukah kegagalan yang diterimanya, maka dirinya akan
senantiasa berbaik sangka kepada Sang Pencipta. ‘Sungguh mengagumkan
pribadi seorang mukmin, manakala kesuksesan diraihnya, maka dirinya
akan bersyukur. Manakala kegagalan menimpanya, maka keshabaran
dipilihnya’. Demikian Nabi menggambarkannya.

Ketika seorang insan menyadari bahwa dirinya adalah makhluq yang lemah,
maka dia akan senantiasa mengembalikan segalanya kepada sang Rabbi. ‘La
haula wala quwwata, Illa billaah’, demikianlah ucapan yang akan keluar
dari mulutnya.

Ketika seorang insan menyadari bahwa dirinya adalah makhluq yang lemah,
maka dia akan selalu optimis terhadap ketentuan yang dituliskan
olehNya. ‘Aku berada diantara persangkaan hambaKu. Bila dirinya
bersangka baik kepadaKu, maka Aku akan berikan kebaikan kepadanya.
Bila dirinya bersangka buruk kepadaKu, maka Aku akan timpakan pula
keburukan kepadanya,’ Demikian menurut sebuah hadits.

Semoga kita dapat senantiasa memelihara sifat shabar dan syukur dalam
menghadapi segala ketentuanNya.

--
‘ntuk sang kawan, semoga tetap bershabar, Inna ma’a al’Usri yusran.
--

Wassalaamu'alaikum,
I Do Y
Eindhoven 2002